Postingan

Jurnal MENUMBUHKAN APRESIASI GENERASI MUDA KEPADA KESENIAN WAYANG

Gambar
  MENUMBUHKAN APRESIASI GENERASI MUDA KEPADA KESENIAN WAYANG     Fachriza Arna Givari   Desain Komunikasi Visual, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Indraprasta PGRI       Abstrak   Wayang adalah sebuah warisan budaya yang ternilai harganya. Sekarang mulai terasa transparant keberadaannya di negaranya sendiri. Sungguh ironis memang, tetapi dengan keadaan kehidupan sosial dan perubahan budaya sekarang ini bukanlah sesuatu yang mustahil terjadi pada kesenian yang menjadi kebanggaan nasional ini lenyap dimakan kesombongan jaman. Didalam cerita pewayangan tokoh  memiliki karakter moral yang baik pada akhirnya akan menang dalam segala hal. Untuk itu moral dari tokoh yang baik dapat menjadi panutan bagi generasi muda untuk memiliki moral yang baik untuk salah satunya meraih sukses dalam kehidupan ini dan menang dalam segala masalah dengan bermodal moral yang baik. Namun yang harus ditumbuhkan kepada generasi muda bagaimana mereka tetap menyayangi tontonan pagelara

Poin-poin bagian pendahuluan

  Bagian Pendahuluan Objek kajian : Seniman dalamg Indonesia-Asep Sunandar Sunarya Pendahuluan Tanpa adanya seorang Asep Sunandar Sunarya mungkin Cepot tidak akan sepopuler sekarang ini. Berkat kreativitas dan inovasinya, Ia berhasil meningkatkan lagi derajat wayang golek yang dianggap seni kampungan oleh segelintir orang. Peningkatan itu dilakukan dengan menciptakan wayang Cepot yang bisa mangguk-mangguk, Buta muntah mie, Arjuna dengan alat panahnya, Bima dengan gadanya begitu pula dengan pakaian wayangnya yang terkesan mewah. Materi dan ketenaran ia dapatkan dari hasil berjuang tanpa henti dengan menghadapi berbagai dinamika kehidupan yang sering kali tidak atau kurang menyenangkan. Sebelum suka datang, tentu duka menghampiri, bahkan sering kali suka dan duka menyatu dalam rentang panjang perjalanan seorang Asep. Latar belakang - Menjelaskan biografi Asep Sunandar Sunarya - Menjelaskan naik nya derajat wayang golek - menjelaskan awal mula wayang golek atau Cepot Tujuan penelitian - M

Mencari Reverensi Jurnal

Perbandingan Jurnal Meliputi Objek, Teori, Analisis, dan Kesimpulan 1. Pembelajaran Pendidikan Seni Budaya Berbasis Kearifan Lokal Objek : Wayang Sebagai Sumber Gagasan Penulis : Tjetjep Rohendi Rohidi Teori : Garllha, O ( Seminar Pendidikan Bahasa dan Seni ) memasukkan unsur budaya mereka ke dalam pendidikan, akan menumbuhkan pada setiap individu ciri-ciri kreatif, inisiatif, dan imaginasi yang subur, kebijaksanaan emosi, arah moral, kemampuan bertindak secara kritis, otonomi, dan kebebasan berfikir serta bertindak. Penelitian     dilaksanakan selama tiga tahun. Kesimpulan : mengidentifikasi kearifan lokal, dalam bentuknya sebagai respons kreatif masyarakat terhadap potensi seni budaya unggulan sesuai dengan potensi lingkungan alam-fisik, sosial-budaya, dan perubahannya. Bentuk media pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan di sekolah dasar dalam mengimplementasikan pendidikan seni terintegrasi dengan berbasiskan potensi sumber daya lingkungannya. Penelitian dilakukan denga

Penulisan Artikel Ilmiah

Gambar
  Wayang merupakan cerita yang bersumber dari kitab Ramayana dan Mahabarata yang kemudian dikembangkan dalam tradisi pertunjukan wayang. Wayang itu sendiri merupakan boneka tiruan orang yang terbuat dari pahatan kulit atau kayu yang dapat dimanfaatkan untuk memerankan tokoh dalam pertunjukan cerita wayang (drama tradisional) di Jawa, Bali, Sunda, dan sebagainya yang biasa dimainkan oleh seseorang yang disebut dalang dengan iringan musik tradisional gamelan. Mengapa saya memilih wayang, karena beberapa anak remaja tentunya zaman gen z ini minim nya peminat wayang. Oleh karena itu saya terobsesi dengan karya dan budaya Indonesia ini agar wayang bisa melegenda di internasional

Bagaimana pembacaan terkait dengan design thinking dilakukan?

 Design thinking meliputi proses-proses seperti analisis konteks, penemuan dan pembingkaian masalah, pembuatan ide dan solusi, berpikir kreatif, membuat sketsa dan menggambar, membuat model dan membuat prototipe, menguji dan mengevaluasi.  Inti dari design thinking meliputi kemampuan untuk :  - Menyelesaikan masalah yang rumit. - Mengubah strategi menjadi solusi. Design thinking memberikan ruang bagi kita untuk gagal. Belajar dari kegagalan, kita harus memahami mengapa kita gagal dan mengapa kita harus memperbaikinya. 

Mempertanyakan diri, apa pentingnya seni dalam diri?

 1. Apakah seni itu harus selalu indah? Jawab : Karya seni harus selalu indah, katena seni memiliki kemampuan merangsang perasaan dan membangkitkan emosi dalam diri manusia. 2. Apa hubungan filsafat dengan seni?  Jawab : Filsafat dan seni merupakan komunikasi yang kreatif, tetapi cara dan tujuannya berbeda. Filsafat yaitu usaha mencari kebenaran sedangkan seni lebih kepada kreasi dan menikmati nilai. 3. Apa pentingnya memahami seni secara filsafat? Jawab : Pertanyaan filosofis tentang seni akan membuat kita menjadi kritis, sehingga mampu memberikan perubahan dan perkembangan bagi budaya seni. 4. Apa hubungan antara filsafat seni dengan estetika? Jawab : Estetika mempersoalkan hakikat keindahan alam dan karya seni, sedangkan filsafat seni mempersoalkan hanya karya seni atau benda seni, atau artifak yang disebut seni 5. Mengapa filsafat disebut ibu dari ilmu pengetahuan Jawab : sebab filsafat seakan-akan mampu menjawab pertanyaan tentang segala sesuatu atau segala hal, baik yang berhubun